MELAWAN HIBERNASI

Weekend Notes 7

BEGINI lagi begini lagi. Setiap selesai satu urusan inilah yang aku lakukan. Hibernasi. Kluntang kluntung sepanjang hari tidak ingin melakukan apa pun. Maunya tiduran saja di kasur dari pagi sampai pagi lagi. Kalau bisa besoknya begitu lagi. Sampai aku tersadar sendiri bahwa masih punya pekerjaan lain.

Hibernasi kuanggap sebagai reward setelah berhasil melakukan suatu pekerjaan. Juga sebagai istirahat agar energiku kembali penuh untuk pekerjaan selanjutnya. Sayangnya, istirahatku ini susah untuk bangun lagi. Kalau sudah telanjur tepar, badanku terasa berat untuk didirikan. Fatalnya tidak hanya satu dua jam saja, bisa sampai berhari-hari. Kalau tidak segera sadar bisa sampai seminggu bahkan lebih. Parah!

Inilah salah satu penyakitku yang masih sulit dihilangkan. Selain juga penyakit prokrastinasi. Mau diobatin tapi tidak tahu dengan obat apa. Mau konsultasi ke ahlinya tapi juga tidak tau kepada ahli apa. Apakah ke dokter, psikiater, psikolog, atau motivator. Sepertinya terlalu lebay jika harus ke sana. Lagi pula aku ini mahasiswa psikologi. Pasti memalukan jika masalah hibernasi saja aku tidak bisa mengatasinya sendiri.

Benar. Penyakit ini harus aku obati sendiri. Karena memang tidak ada obatnya kecuali keinginan yang kuat dari diri sendiri.

Dan kali ini tekadku sudah bulat. Aku akan melawannya (baca: hibernasi). Sudah terlalu lama aku bersikap pasrah setiap keinginan hibernasi itu muncul. Inilah waktu yang tepat. Malah bisa dikatakan sudah urgen. Tidak lagi bisa tidak. Usiaku sudah memasuki 23 tahun tetapi belum ada yang bisa aku hasilkan. Teman-temanku sudah banyak yang berhasil. Ada yang sudah menikah dan punya anak. Ada yang sudah bekerja di perusahaan yang dicita-citakan. Aku tidak bisa tinggal diam dengan begini lagi begini lagi. Aku tidak ingin menjadi bujang lapuk, aku juga ingin segera menikah. Aku juga ingin secepatnya punya uang sendiri dari hasil keringat sendiri. Harusnya aku malu, sangat-sangat malu. Sarjana saja aku belum!

Tekad sudah bulat saja belum cukup untuk melawan hibernasi. Punya ‘tekad bulat’ sama saja seperti semangat yang tiba-tiba berkobar setelah mendengar ceramah dari motivator. Pasti di hari yang lain akan kembali lagi. Diberikan motivasi setiap hari pun juga percuma, lama-lama kekuatannya pun berkurang, lalu menurun, akhirnya busssssh....tidak berefek sama sekali.

Lalu apa yang harus aku lakukan. Apakah tekadku ini akan sia-sia? Belum. Aku bukan orang yang mudah menyerah. Aku harus menemukan pengontrolnya. Pengontrol yang akan membuatku membisu setiap ingin mencari alasan untuk hibernasi lagi. Pengontrol yang harus bisa menjeratku sehingga tidak ada kesempatan aku lungkrah lagi.

Tapi apa itu. Aku harus segera menemukannya. Pengontrol itu.

Apa aku harus membuang kasurku yang empuk dan nyaman sekali itu. Sehingga membuatku malas untuk rebahan. Tapi tidak punya kasur pun tidak masalah, lantai kamarku tak kalah enaknya untuk rebahan. Keramiknya terbuat dari marmer yang sejuknya tidak perlu ditanyakan lagi.

Apakah aku tidak boleh lagi masuk kamar. Atau masuk kamar hanya saat jam tidur saja. Seperti temanku lantai dua itu yang berangkat pagi pulang larut malam. Yang kamarnya hanya untuk tidur saja. Yang aku sangat kagum dengan kerja kerasnya itu. Bisa dipertimbangkan.

Apakah aku harus minum kopi hitam kesukaanku terus-menerus. Yang membuat aku terus semangat. Tapi apakah tidak akan berdampak pada kesehatanku. Katanya apa pun yang berlebihan itu tidak baik.

Atau adakah cara lainnya yang tidak akan memberiku celah sedikitpun untuk hibernasi lagi.

Pasti ada. Aku yakin itu. Aku sudah terlanjur bertekad. Aku sudah terlanjur mengucapkan niat. Lillahi ta’ala. Aku pasti bisa. Tapi apaaaa???
Up