Ngapurane Gaes!

Foto: google
Ingin cerita saja. Hari yang penuh gejolak yang harus saya lewati. Dari perjalanan berangkat sampai saat saya menulis catatan ini drama itu masih berjalan. Seperti sinetron saja. *lebay ya?*

Laki-laki memang harus pintar dalam memanajemen konflik. Inginnya semua bisa ditangani. Semua bisa terlampaui, tapi kenyataan memang suka mentakdirkan dengan yang lain. Pelajaran harus selalu dipetik. Karena itulah kita disebut orang beriman. Selalu mensyukurinya :'))

  1. Jumat (26/12) pukul 12 kurang saya sudah di stasiun tugu. Ngebuuuut dari Toko jam 11an. Langsung saya beli tiket sriwedari ekspres. Alhamdulillah dapat yang pukul 13.30 wib. Lanjut pindah parkir dan menuju ke Masjid Malioboro.
  2. Masjid malioboro penuh sampai luber-luber ke halaman. Tempat wudlu pun antri bukan main sampai desak-desakan. Nyala airnya pun menjadi icir icir. 
  3. Saking penuhnya masjid untuk mencari tempat duduk saya harus berjalan melewati para jamaah yang sudah duduk. Agak tidak sopan sih kalau harus ngelewatin orang yang lebih tua. Alhamdulillah saya beruntung, ada orang menggelar tikar. Langsung saja saya ikut duduk di sana. Yeeeeeah. Tapi kasihan juga jamaah lain yang tidak mendapatkan shaf sholat. Ada yang sholat di conblock yang sudah lumutan, ada yang di depan tempat wudlu yang sedikit basah itu, dan ada juga yang di lantai keramik yang panas terkena sinar matahari siang langsung.
  4. Tidak sadar kalau tiket sriwedari yang saya dapatkan tanpa tempat duduk. Saya langsung masuk ke kereta saja walaupun pukul 13 saja belum. Lumayan bisa nunut duduk dulu sampai st Lempuyangan. Setelah itu saya harus berdiri sampai Solo. Pegel lho, mbok pikirr!
  5. Gonta ganti kaki kanan kaki kiri untuk menopang badan. Gonta ganti tangan kanan tangan kiri untuk berpengangan. Ditambah ruang berdiri penumpang yang sangat sempit membuat kami yang berdiri sebentar-sebentar harus ngalah mlipir untuk orang yang berjalan. Terutama kalau ada petugas yang njeglok tiket.
  6. Cobaan dimulai ketika kereta melewati st. Maguwoharjo. Dengan keadaan pegal karena harus berdiri itu saya menerima sms karena ada masalah. Saya pun tidak bisa membalas karena koneksi internet yang buruk dan kebetulan hape satunya malah sedang tidak ada pulsanya. Hahaha
  7. Sms datang dari berbagai penjuru. Harus berganti-ganti membuka hape nokia dan samsung. Mumet dan ruwet pikiran saya waktu itu. Intinya: harusnya saya tidak mblayang. Ada kiriman barang ke konsumen yang harus segera dikirim. Karena ada masalah subjektif maka saat itu yang bertanggungjawab pengiriman adalah saya. Pekerjaan jad tidak bisa berjalan lancar.
  8. Beruntungnya saya punyai doi (zulfa) untuk minta bantuan membelikan pulsa dulu. Hehe saya baru ingat belum bayar hutang.
  9. Saya pun bisa membalas sms dan masalahnya sudah dianggap selesai. Walaupun masalahnya belum benar-benar selesai, sampai sekarang pun.
  10. Sampai di st. Balapan saya mampir mushola, asharan lalu menunggu jemputannya. Lanjut makan di tahu kupat sebrang hotel Asia. Lalu ke the Park nonton the Hobbit.
  11. Sayang beribu sayang. Kami harus duduk di kursi baris ketiga dari depan. Artinya kami harus ndangak untuk melihat ke layar. Cukup bikin pegal bahu dan perih mata.
  12. Saat menonton itu ada masalah dengan perut saya. Seperti ada udara yang tertahan di dalam perut yang susah sekali dikeluarkan. Yaaa cukup membuat saya tidak nyaman.
  13. Selesai filmnya kami mampir ke toilet. Dan saya sempatkan sms ke sahabat saya, Riki, kalau saya masih di the Park. Nggak enak kalau lama membuat dia menunggu. Padahal sudah dibela-belain dari boyolali motoran. 
  14. Karena perut saya belum bisa diajak kompromi dan saya tidak tahan. Maka kami tidak makan lagi saja tapi mampir ke wedang ronde di alun-alun selatan. Alhamdulillah beberapa kali saya bisa kentut juga. Hehehe *sensor*
  15. Tidak terasa ternyata sudah malam. Langsung kami menuju kosan Pyton yang teman-teman saya sudah menunggu. Terlebih dulu mampir beli kaos kaki. Menerjang macetnya Solo yang 'ya ampuuuun banget'  waktu itu.
  16. Hampir sampai kosan Pyton saya sms Riki menanyakan posisi dia. Saya segera ke sana. Dia membalas "lha aku arep balik iki". Tentu dia sangat kecewa karena sudah menunggu terlalu lama. 
  17. Awalnya saya berpikir kalau Riki juga akan menginap di Solo. Ternyata tidak. Besok dia masih lembur kerja. Saya dapat melihat kecewanya dari mimik mukanya saat saya sampai di depan kos Pyton. Untung, pas sekali saya sampai di kos Pyton saat Punto, Nanda dan Riki mau keluar dari kos.
  18. Saya pikir ini missed. Karena awalnya kami memang berencana mau menginap di Solo suatu malam. Saya ingin diskusi tentang karir dan lainnya. Dan memang saya juga sedikit egois. Membuat teman-teman menunggu terlalu lama. Ruwet deh semuanya seperti status BBM saya waktu itu.
  19. Sorry ya gaes dan bro kabeh. Ngapurane. Semoga saya bisa membayarnya di lain waktu ;))
Jujur masih banyak catatan tapi saya tidak bisa menuliskannya di sini. Saya pun tidak menulis dengan runtut dan detail. Yang penting poin utamanya tersampaikan. Itu saja.

Manding
29 Desember 2014
Up