INDONESIA (MASIH) BUTUH ANAK PUNK

Cerita Dua anak PUNK di Gramedia

Ketika saya baru sampai di gramedia, solo, kemarin tanggal 29 Januari 2013, saya melihat dua anak berpakaian urakan keluar menuju parkir basement. Memperhatikan pakaian mereka: jaket kumal, celana jeans terpotong tidak rapi, sandal jepit dan  rambut urakan dicat kuning. Perhatian saya kemudian menuju pada plastik kresek yang dibawa salah satu anak. Saya perkirakan di dalamnya adalah buku, mereka habis membeli buku. Saya berpikir, buku seperti apa yang dibeli anak-anak itu.

Bukan ingin merendahkan anak PUNK. Karena saya punya teman anak punk yan juga mengoleksi buku-buku tentang sejarah punk dan macam-macam punk. Tapi, tidak biasa saja melihat orang berpakaian urakan masuk toko buku. Biasanya adalah orang-orang dengan pakaian rapi, berkaca mata, atau gerombolan anak-anak sekolah yang masih berseragam.

Apa ini ada kaitannya dengan Novel “endank soekamti”. Group Band asal Jogja ini pada tanggal 12-12-2012 mengeluarkan album berjudul “angka 8”. Album ini berbeda dari sebelumnya, harus membeli satu paket dengan Novel dengan judul sama dengan album.

Sebagai loyalitas fans pada band kesayangan. Harga Rp 50.000,00 bukanlah suatu hal yang mahal. Kamties Family, sebutan fans mereka, memang terkenal sangat banyak dan  loyal. Di mana pun Endank Soekamti manggung, mereka selalu ada. Tidak hanya fans dari daerah tempat manggung, tapi hampir semua fans dari setiap daerah pun akan datang.

Saya yang juga suka dengan band ini, namun tidak member Kamties Family. Beberapa kali saya datang melihat mereka manggung di Sragen dan Solo. Saya membuktikan langsung loyalitas fans mereka yang berbondong-bondong dari daerah lain. seperti melihat supporter sepakbola, mereka datang ada yang menggunakan kendaraan pribadi, ada yang naik kendaraan umum, ada juga yang nggembel.

Dari fakta ini, saya mengkaitkan antara dua anak punk tadi dengan novel Endank Sukamti. Saya tidak yakin apakah mereka adalah anak-anak punk yang ada di jalanan, atau murni Kamties Family. Endank Sukamti memang band dengan aliran Melodic Punk. Tetapi fans mereka bukanlah dari anak-anak street punk semua. Memang tampilan mereka banyak yang meniru anak punk jalanan atau meniru personil Endank Sukamti (Eric, Dori, Ari) tetapi banyak juga yang tampil rapi dan hanya menjadi penikmat musik mereka.

Dan jika analisa saya salah, mudah-mudahan membeli buku bukan karena nge-fans dengan idola saja. Tetapi merupakan kesadaran SDM Indonesia terus belajar melalui membaca buku. terlepas dari itu semua terimakasih kepada Endank Sukamti yang secara tidak langsung mengajarkan generasi muda suka membaca.

Up