Desa Masa Kecil

Dilahirkan di Bantul, salah satu kabupaten di Jogja. Di sebuah desa di pinggir kali Opak. Terpencil dari jalan beraspal. Apalagi jalan raya. Kalau mau bepergian jauh dengan naik bis, semisal ke pasar atau ke kota, kami harus berjalan kaki dulu sampai ke jalan beraspal. Di sana dilewati bis kecil yang memiliki jeda antara bis satu ke bis berikutnya kira-kira 30 menitan (Kalau saya tidak salah ingat). Karena itulah, saat SMP apabila telat, masalahnya cuma dua, bisnya yang telat, atau saya yang kesiangan sampai di jalan beraspal sehingga ketinggalan bis.

Jalan yang harus kami lewati itu namanya galengan.Yaitu jalan setapak di tengah-tengah sawah. Benar, antara jalan beraspal dengan desa kami dipisahkan oleh hamparan sawah dan kebon-kebon. Menegaskan bahwa desa kami benar-benar terpencil. Di pinggir galengan ada sawah dan kalen (sebutan untuk anak kali/sungai). Galengan ini hanya bisa dilewati satu sepeda saja. Kalau ada simpangan, salah satu harus mengalah. Berhenti, dan membiarkan satunya lewat. Biasanya orang yang lebih muda yang mengalah. Karena selain jalannya sempit, galengan ini juga tinggi, semacam jurang di sisi kanan dan kirinya. Dasar jurangnya kalen yang banyak batu-batunya. Dan sisi lain ada tanaman pandan berduri. Tentu kami tidak mau jatuh dan terperosok di salah satunya. Makannya salah satu harus mau berhenti. Walaupun tetap saja sering kejadian. Jatuh.

Dulu, sewaktu masih kecil, belum banyak yang memiliki sepeda motor. Tidak seperti sekarang, setiap rumah memiliki sepeda motor, bahkan lebih dari satu. Tapi sampai sekarang pun, di desa kami, tetap saja masih ada beberapa keluarga yang tidak memiliki sepeda motor. Bukan karena tidak mampu membeli. Tapi, memang tidak bisa mengendarai. Biasanya orang yang sudah berumur dan di rumahnya tidak ada anak atau cucu yang bisa mengendarai. Karena kebanyakan anak muda di desa kami, setelah lulus sekolah, merantau ke Jakarta. Jarang dari kami yang melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Ada, tapi hanya satu dua saja.

Dulu, kebanyakan penduduk masih mengandalkan sepeda. Kalau pagi-pagi, banyak sekali orang beriringan naik sepeda. Ke sawah. Ke pasar. Ke puskesmas. Ke sekolah. Mencari damen untuk pakan sapi. Pemandangan yang sulit ditemukan saat ini, terlebih kalau hidup di daerah perkotaan. Memang sekarang sudah mulai digalakkan lagi penggunaan sepeda. Tapi larinya ke hobi. Yang dipakai kalau weekend, biasanya di car free day. Bukan lagi digunakan untuk transportasi sehari-hari. 

Sebenarnya ada jalan yang lebih lebar. Bisa dilewati kendaraan roda empat. Tapi jalan itu lebih jauh. Harus melewati desa tetangga. Biasanya yang lewat adalah truk-truk yang akan mengambil pasir di kali. Iya, kali di desa kami banyak sekali memberi manfaat bagi penduduk. Sebagai mata pencaharian bagi mayoritas penduduk juga. Ada ikan. Ada batu. Ada pasir. Dan ada lahan menganggur yang bisa dimanfaatkan untuk ditanami. Selain juga, digunakan untuk mandi, mencuci dan buang air besar. Begitulah seharusnya yang benar. Bekerja sama dengan alam, untuk hidup-menghidupi.

Penduduk di sini kebanyakan memiliki sawah dan ternak. Beberapa memiliki tegalan (semacam sawah di pinggir sungai). Beberapa juga memiliki tanah kebon. Biasanya ditanami pohon berkayu yang bisa untuk investasi jangka panjang. Pohon jati misalnya. Jadi desa kami ini masih banyak kebonnya. Antara satu rumah dengan rumah yang lain banyak dipisahkan oleh kebon. Masih banyak pemandangan hijau pohon sehingga membuat desa kami tidak terlalu panas. Kalau pagi bisa menikmati embun di sawah. Para orang tua yang memiliki bayi sering melakukannya. Tapi kalau malam hari jangan ditanya. Krik, krik, krik. Jalan-jalan di desa masih gelap. Hanya cahaya bulan yang terlihat. Kami pun wajib memiliki senter kalau mau keluar malam.

Cerita-cerita tentang makhluk halus masih sering kami dengar dari orang-orang tua. Wewe gombel. Genderuwo. Pocong. Nama-nama mahkluk halus populer di desa kami. Sering mendengar juga ada anak kecil yang diumpetin mahkluk halus. Atau ibu-ibu yang disukai genderuwo. Sewaktu itu masih banyak maling juga. Sehingga untuk anak kecil seperti saya, terkadang takut kalau mau keluar malam. Jujur baru sekarang. Kalau dulu, anak cowok malu kalau bilang takut. Gengsi kami akan jatuh.

Yang saya suka di desa kami hubungan social antar warganya masih kuat. Tetangga seperti keluarga saja. Minta garam, minta cabe, minta nasi. Sopan santun pun harus kami jaga. Kalau lewat di depan rumah yang ada orangnya, kami wajib memberi salam. Menyapa. Kalau tidak kami akan dirasani. Tidak ada minuman keras di desa kami. Tidak ada yang memelihara anjing. Control socialnya masih baik. Sehingga moral kami cukup terjaga. Dan semoga masih akan terus terjaga dan dipelihara. Walaupun saya tidak tinggal lagi di sana.

Segitu dulu, mungkin akan ada lagi.

Iklan Pertamax

Sore itu, di hari jumat yang singkat, 2/1/15, perjalanan pulang dari Solo, saya mampir di SPBU ringroad Sroyo. Saya pilih di sana karena yakin tidak akan antri. Yups, saya lebih sering melihat truk-truk ekspedisi di sana.

Saya pun langsung menuju ke bagian antrian premium. Ini kali kedua saya beli premium setelah berubah harga menjadi Rp 7.600. Cukup beli Rp 15.000, sudah membuat tanki bensin scoopy saya hampir penuh.

Sambil mengisi, dengan senyum menyungging, mas petugas SPBU itu menawari saya "mas nggak dicampur dengan pertamax?" Sambil tangannya menunjuk ke arah harga pertamax perliter: Rp 8.800.

Sedikit ragu, untuk meyakinkan apa yang saya lihat, saya pun bertanya "berapa mas?". "Rp8.800" Jawab masnya.

"Wah, bacut mas, besok-besok lagi waeh" timpal saya sambil berlalu.

Selamat Tahun Baru

Sejak kemarin saya merasa janggal dengan tahun baruan kali ini. Jalan depan toko yang notabene adalah jalan utama menuju Parangtritis justru tidak seramai hari sebelumnya. Padahal sejak libur natal kemarin, setiap hari, selalu macet panjang. Mobil-mobil pribadi, mobil travel, dan bus pariwisata berderet-deret panjangnya. Sempat beberapa kali saya memfotonya dengan kamera hape.

Hari itu, 31 Januari 2014, rencananya saya hanya akan buka toko sampai tengah hari saja. Karena saya perkirakan bakal jauh lebih macet dari hari-hari sebelumnya. Saya tunggu sampai bakda ashar. Bahkan menjelang maghrib pun jalan di depan toko masih lengang-lengang aja. Hanya beberapa kendaraan sepeda motor yang lewat. Akhirnya saya baru menutup toko setelah isyak.

Pagi ini, hari pertama di tahun 2015, pukul 6 sudah siap perjalanan pulang ke Sragen. Rencana awal naik bis saya urungkan jadi naik sepeda motor. "Pasti penuh bisnya" pikir saya.

Lama ndak naik sepeda motor jarak jauh. Lumayan bikin pegel-pegel punggung. Ditambah jalan aspal hampir semua ngronjal-gronjal. Bikin perjalanan tidak nyaman.

Sampai di Klaten saya rasa sudah saatnya mengisi bensin. Tidak banyak antri. Masih sepi. Saya lihat di panel harga per liter. Benar. Harga bensin premium sudah berubah, menjadi 7600. Saya isi full tank saja karena belum bisa mengira-ira. Ternyata tidak sampai 20.000 sudah penuh.

Siang ini, masih hari pertama di tahun 2015, saya mengantar ibu ke pasar. Saya heran, sepanjang jalan sepi, tidak seperti tahun baru, banyak toko-toko pun tutup. Sampai di pasar juga masih sama. Banyak kios pedagang yang tutup. Baru ini lihat pasar sepi begini.

Aneh rasanya. Bahkan saat saya mau mampir ke toserba Matahari juga tutup. Kok bisa ya. Saya bertanya-tanya dalam hati "ini orang-orang pada ke mana?Tidak seperti tahun baruan rasanya."

Apa karena orang-orang turut menghormati duka keluarga korban kecelakaan AirAsia, para pedagang pasar klewer, dan korban longsor Banjarnegara? Apa saya saja yang masih terbawa sepi karena hanya di kamar saja saat malam pergantian tahun?

Uhh, mbuh lah.

Nasi Goreng

Pagi ini, saya masak nasi goreng. Ada nasi di magic com sisa kemarin yang belum habis. Cukup banyak, bisa untuk 4 piring. Semua yang ada saya goreng.

Bumbunya saya pakai bumbu instan. Ditambah ulekan beberapa bawang merah, bawang putih dan 5 cabe rawit. Tidak ada margarin dan telor untuk menambah cita rasa nasi gorengnya. Tidak apa-apa seadanya saja.

Saya masak nasi goreng karena sudah kelaperan. Persediaan telor sudah habis, tinggal beberapa mie instan. Diberi nasehat untuk tidak keseringan makan mie instan. Btw, kemarin baru makan bakso juga.

Mau keluar keburu lama, selak lapar. Bingung juga mau beli apa. Sudah bosan dengan makanan yang di sekitar toko. Pun kalau ada yang dipengen tapi mahal harganya. Tidak mampu saya.

Jadilah akhirnya saya masak nasi goreng. Saya ambil semua nasi beserta wadahnya yang dari stainless steel di magic com itu. Lalu saya tongkrongkan wajan di atas kompor. Lalu ngulek-ngulek bawang merah, bawang putih dan 5 cabe rawit.

Saya ulek terus dan terus sampai sedemikian rupa keadaannya. Baru saya goreng itu hasil ulekannya. Saya tambahkan tomat yang dipotong kecil-kecil. Saya tunggu sampai tercium bau khas dengan sedikit gosong.


Sesudah itu saya masukkan nasinya secara bertahap. Saya taburi bumbu instan merk terkenal paling murah yang saya beli di alfamart dekat bangjo Manding. Saya aduk sampai warnanya meyakinkan. Lalu ngasal saja, saya kasih kecap dan sedikit garam. 

Sampai kemudian saya simpulkan bahwasanya nasi gorengnya sudah matang. Dengan terlebih dahulu saya cicip-cicip, biar bergaya begitu. Formalitas saja sebenarnya karena saya tidak tahu harus bagaimana rasanya. 

Saya pun menyudahinya dan pergi meninggalkan kompor agar nasi gorengnya tidak panas lagi. Biarkan lidah saya nanti yang menilai.

Sampai sore ini, saat postingan ini saya tulis nasi gorengnya tinggal sedikit. Saya kira-kira tidak ada satu piring. Bolehlah kalau saya sedikit berpuas hati. heuheu

Saya pun menjadi lebih hemat hari ini. Baru makan nasi (saja). Belum makan nasi sama lauk. Belum ganti makan yang lain. Tapi nikmatnya jangan ditanya. Wong bikinan saya sendiri.

Kalau dari penampilannya sangat menjanjikan. Tapi kalau mau tahu soal rasanya? Monggo datang ke sini aja, cicipi sendiri. Masih ada kok sisanya.

Bahagianya Dibilang Silent Man

At last day, we got a final exam. Dan tahu apa final exam-nya? Ngasih kesan dan pesan ke semua teman sekelas dan tutornya. Cuman itu!

No man predicted before, banyak teman-teman yang sudah belajar tadi malam. Eh ujiannya hanya diminta muterin kertas. Tulis: name/hometown/phone number/sosmed account. Lalu di bawahnya diminta nulis kesan dan pesan untuk pemilik kertas itu. Lalu puterin lagi. Begitu seterusnya sampai kertas milik sendiri kembali.

Tahu apa yang banyak teman-teman tulis tentang saya? Hoho, banyak yang bilang saya ini pendiam. Ada yang bilang saya laki-laki misterius. Ada juga yang bilang: please make a joke to us bro...I think u can! Tapi ada juga lho yang bilang: He looks a little handsome. A little Ge er juga duehhh.

Padahal selama di sana saya sengaja ndak nyukur kumis dan jenggot. Saya biarkan tumbuh liar tanpa perawatan. Ndak pernah ngaca juga. Emang ya gaes, muka nggak bisa ngebohong. Subhanallah.

Nggak sepenuhnya salah kok gaes. Di kelas memang saya banyak diamnya. Padahal tutor sudah sebisa mungkin ngebikin kelas selalu seru. Tapi tetap saja saya tidak terbawa keseruan itu.

Bukan karna saya sedang galau. Bukan juga karna saya pemalu. Tapi jujur dulu banget saya sering dibilang pendiam. Mungkin sejak SMA atau kuliah itu saya mulai belajar banyak omong. Sampai sekarang keterusan. Susah ngebalikinnya. Baru kali ini lagi banyak yang bilang saya pendiam. Walaupun akhirnya teman-teman di camp pada ketawa baca testimoni untuk saya itu.

Menjadi lebih banyak diam itu pilihan gaes. Saya pikir dengan lebih banyak diam, lebih banyak hal yang saya dengarkan. Di sini saya niat fokus belajar. Makanya sering mendapatkan 'harga diri' daripada baby powder. Hohoho sombongnya keluar kan.

Susah lho. Apalagi orang yang sehari-hari banyak bicara. Kalau tiba-tiba diminta diam pasti susahnya minta ampun. Seperti nahan tangan buat nge-garuk pas lagi sholat tiba-tiba punggung terasa ada yang gatal. Pernah kan mgerasain? Pffft.

Catatan: 
  1. harga diri: reward berupa snack, seperti: coklat top, wafer tango, chocolatos, beng-beng, dll sebagai hadiah kalau menang dalam game.
  2. Baby powder: di course who Ive joined, teman-teman bahkan tutor bebas ngasih bedak ke muka teman yang kalah atau melakukan kesalahan.

Jujur


Dulu 2009, sewaktu semester 1 kuliah, mata kuliah filsafat umum, pak Mudaris membuka kuliah dengan sebuah pertanyaan "Apa hal yang jaman sekarang mudah dilakukan tapi jarang sekali orang melakukannya?"

Sejenak para mahasiswa hening. Lalu terdengar suara bisik-bisik dari belakang. Lalu ada beberapa orang yang mengangkat tangan, dan kemudian mengungkapkan bla bla bla pendapatnya. Semua jawaban para mahasiswa itu tidak ada yang tepat. Tapi tetap dihargai dengan dikatakan bahwa jawabannya sudah ada yang"mendekati".

Sangat mungkin ketidaktepatan itu merupakan indikasi bahwa kejujuran tidak dijadikan prinsip hidup lagi. Atau malah sebaliknya, karena sudah mendarah daging menjadi prinsip hidupnya makanya tidak ngeh dengan pertanyaan itu.

Pada waktu itu saya tidak ikut mengangkat tangan. Saya terlalu kalem dan pemalu untuk mengungkapkan pendapat, walaupun sebenarnya sudah memiliki jawabannya. Saya pun ingat dengan sebuah nasehat dalam menimba ilmu: lebih baik menyiapkan 2 telinga untuk mendengarkan daripada menyiapkan 1 mulut untuk mengajukan pertanyaan. *ngeles*

Akhirnya pak Mudaris menjawab sendiri pertanyaannya itu, "Sekarang ini hal yang mudah dilakukan tapi jarang orang yang melakukan adalah kejujuran". Sama dengan yang saya katakan di dalam hati. Sungguh!

Ngapurane Gaes!

Foto: google
Ingin cerita saja. Hari yang penuh gejolak yang harus saya lewati. Dari perjalanan berangkat sampai saat saya menulis catatan ini drama itu masih berjalan. Seperti sinetron saja. *lebay ya?*

Laki-laki memang harus pintar dalam memanajemen konflik. Inginnya semua bisa ditangani. Semua bisa terlampaui, tapi kenyataan memang suka mentakdirkan dengan yang lain. Pelajaran harus selalu dipetik. Karena itulah kita disebut orang beriman. Selalu mensyukurinya :'))

  1. Jumat (26/12) pukul 12 kurang saya sudah di stasiun tugu. Ngebuuuut dari Toko jam 11an. Langsung saya beli tiket sriwedari ekspres. Alhamdulillah dapat yang pukul 13.30 wib. Lanjut pindah parkir dan menuju ke Masjid Malioboro.
  2. Masjid malioboro penuh sampai luber-luber ke halaman. Tempat wudlu pun antri bukan main sampai desak-desakan. Nyala airnya pun menjadi icir icir. 
  3. Saking penuhnya masjid untuk mencari tempat duduk saya harus berjalan melewati para jamaah yang sudah duduk. Agak tidak sopan sih kalau harus ngelewatin orang yang lebih tua. Alhamdulillah saya beruntung, ada orang menggelar tikar. Langsung saja saya ikut duduk di sana. Yeeeeeah. Tapi kasihan juga jamaah lain yang tidak mendapatkan shaf sholat. Ada yang sholat di conblock yang sudah lumutan, ada yang di depan tempat wudlu yang sedikit basah itu, dan ada juga yang di lantai keramik yang panas terkena sinar matahari siang langsung.
  4. Tidak sadar kalau tiket sriwedari yang saya dapatkan tanpa tempat duduk. Saya langsung masuk ke kereta saja walaupun pukul 13 saja belum. Lumayan bisa nunut duduk dulu sampai st Lempuyangan. Setelah itu saya harus berdiri sampai Solo. Pegel lho, mbok pikirr!
  5. Gonta ganti kaki kanan kaki kiri untuk menopang badan. Gonta ganti tangan kanan tangan kiri untuk berpengangan. Ditambah ruang berdiri penumpang yang sangat sempit membuat kami yang berdiri sebentar-sebentar harus ngalah mlipir untuk orang yang berjalan. Terutama kalau ada petugas yang njeglok tiket.
  6. Cobaan dimulai ketika kereta melewati st. Maguwoharjo. Dengan keadaan pegal karena harus berdiri itu saya menerima sms karena ada masalah. Saya pun tidak bisa membalas karena koneksi internet yang buruk dan kebetulan hape satunya malah sedang tidak ada pulsanya. Hahaha
  7. Sms datang dari berbagai penjuru. Harus berganti-ganti membuka hape nokia dan samsung. Mumet dan ruwet pikiran saya waktu itu. Intinya: harusnya saya tidak mblayang. Ada kiriman barang ke konsumen yang harus segera dikirim. Karena ada masalah subjektif maka saat itu yang bertanggungjawab pengiriman adalah saya. Pekerjaan jad tidak bisa berjalan lancar.
  8. Beruntungnya saya punyai doi (zulfa) untuk minta bantuan membelikan pulsa dulu. Hehe saya baru ingat belum bayar hutang.
  9. Saya pun bisa membalas sms dan masalahnya sudah dianggap selesai. Walaupun masalahnya belum benar-benar selesai, sampai sekarang pun.
  10. Sampai di st. Balapan saya mampir mushola, asharan lalu menunggu jemputannya. Lanjut makan di tahu kupat sebrang hotel Asia. Lalu ke the Park nonton the Hobbit.
  11. Sayang beribu sayang. Kami harus duduk di kursi baris ketiga dari depan. Artinya kami harus ndangak untuk melihat ke layar. Cukup bikin pegal bahu dan perih mata.
  12. Saat menonton itu ada masalah dengan perut saya. Seperti ada udara yang tertahan di dalam perut yang susah sekali dikeluarkan. Yaaa cukup membuat saya tidak nyaman.
  13. Selesai filmnya kami mampir ke toilet. Dan saya sempatkan sms ke sahabat saya, Riki, kalau saya masih di the Park. Nggak enak kalau lama membuat dia menunggu. Padahal sudah dibela-belain dari boyolali motoran. 
  14. Karena perut saya belum bisa diajak kompromi dan saya tidak tahan. Maka kami tidak makan lagi saja tapi mampir ke wedang ronde di alun-alun selatan. Alhamdulillah beberapa kali saya bisa kentut juga. Hehehe *sensor*
  15. Tidak terasa ternyata sudah malam. Langsung kami menuju kosan Pyton yang teman-teman saya sudah menunggu. Terlebih dulu mampir beli kaos kaki. Menerjang macetnya Solo yang 'ya ampuuuun banget'  waktu itu.
  16. Hampir sampai kosan Pyton saya sms Riki menanyakan posisi dia. Saya segera ke sana. Dia membalas "lha aku arep balik iki". Tentu dia sangat kecewa karena sudah menunggu terlalu lama. 
  17. Awalnya saya berpikir kalau Riki juga akan menginap di Solo. Ternyata tidak. Besok dia masih lembur kerja. Saya dapat melihat kecewanya dari mimik mukanya saat saya sampai di depan kos Pyton. Untung, pas sekali saya sampai di kos Pyton saat Punto, Nanda dan Riki mau keluar dari kos.
  18. Saya pikir ini missed. Karena awalnya kami memang berencana mau menginap di Solo suatu malam. Saya ingin diskusi tentang karir dan lainnya. Dan memang saya juga sedikit egois. Membuat teman-teman menunggu terlalu lama. Ruwet deh semuanya seperti status BBM saya waktu itu.
  19. Sorry ya gaes dan bro kabeh. Ngapurane. Semoga saya bisa membayarnya di lain waktu ;))
Jujur masih banyak catatan tapi saya tidak bisa menuliskannya di sini. Saya pun tidak menulis dengan runtut dan detail. Yang penting poin utamanya tersampaikan. Itu saja.

Manding
29 Desember 2014

Selamat Menikah Hestik


Gelas Souvenir Pernikahan Hestik
Hari minggu itu, 14/12/14 saya menghadiri resepsi teman SD yang masih teman lagi ketika SMP. Bosan juga 9 tahun satu sekolahan, 6 tahun se-SD, 3 tahun se-SMP, sudah begitu selalu sekelas pula. Hadehhh -___-

Untungnya sewaktu SMA saya tidak tinggal di Jogja lagi, karena saya ikut pindah orangtua ke Sragen dan melanjutkan SMA di sana. Lalu setelah lulus SMA saya melanjutkan kuliah di UNS Solo, S1 Psikologi (yang masih numpang di fakultas kedokteran).

Kalau ditanya kapan lulusnya? Saya jawab "Baru 6 Desember kemarin diwisuda". Masih kinyis-kinyis ini gaesss. Haha.

Kalau ditanya berapa lama lulusnya? 5 tahun! *Jangan sekali-kali berniat mencontohnya ya gaes, sama sekali tidak membanggakan*

Setelah lulus kuliah saya memutuskan balik ke Jogja. Saya dan adik pertama mencoba sukses kembali dodolan busa dan aneka furniture dengan merk dagang 'Intan Meubel 2'.

Karena saya sudah kembali ke Jogja makanya tidak enak kalau tidak datang ke resepsiannya. Siapa tahu bertemu dengan teman-teman SD atau SMP di sana, kan bisa sekalian numpang reunian gratis.

Saya berencana datang dengan teman-teman se-dusun yang masih se-SD dengan Hestik. Saya sudah janjian dengan dua sahabat: Rahmat dan Edi, teman sedari kecil. Jadilah kami berangkat sekitar pukul 13.00 dengan dua sahabat saya itu dan beberapa teman se dusun lainnya.

Tiba di parkiran tempat pernikahan Hestik datang menyusul Eka 'prenjak' dengan suaminya Nurdin. Dua-duanya teman se-dusun. Nurdin kakak kelas dan Eka teman sekelas sewaktu SD dulu. Eka sekarang sudah mlendung, hamil 4 bulan.

Tidak sia-sia datang, di sana saya bertemu dengan teman-teman SD dan SMP. Dua sahabat SMP saya, sebut saja, Dian dan Amat. Dua-duanya membawa serta pasangannya. Pamer kemesraan. Ndak tahu sudah menikah atau masih pacaran. Semoga cepat menikah sajalah mereka, sudah tua juga, sudah wayah e.

Ketemu juga teman SMP lainnya, dua Aris. Yang satu sudah menikah. Yang satunya lagi masih suka ekplorasi diri kemana-mana. Sudah sampai Sumatra katanya. Keren juga. Tapi memang pantas kalau dia suka berkeliling kemana-mana.

Saya ingat sewaktu SMP dia adalah siswa yang suka usil dan agak pecicilan, walaupun sebenarnya dia itu penakut. Sepertinya tidak berubah kalau dilihat sekarang. Masih banyak bicara, walaupun sebenarnya orangnya baik apalagi dengan orang yang cocok dan membuat dirinya nyaman.

Aris banyak bercerita karena duduk kami bersebelahan. Dia bilang ada tato batik di lengan kirinya. Dia sekarang mengimejkan diri dengan kemana-mana selalu membawa topi dan berkumis. Selalu memakai kemeja panjang yang digulung. Biar seperti pak Jokowi katanya. *Ketahuan kan kalau dia pendukung siapa? :D*

Saya pun bertemu dengan teman-teman SD lainnya. Menarik karena banyak di antara teman-teman saya ini yang sudah menikah. Salut kepada mereka yang sudah berani menikah di usia muda. Gek aku kapan?

Walah malah melenceng. Oke oke. Kembali ke resepsiannya Hestik. Pertama saya kagum ketika melihat dekorasinya. Cantik panggungnya. Kedua, saya melihat mempelai wanita menggunakan jilbab. Saya perhatikan tren penggunaan jilbab di Indonesia semakin pesat. Beda sewaktu saya masih kecil dulu. Kalau ada yang menikah perlu prosesi yang panjang, kental dengan tradisi jawa. Pakaian pengantin pun dengan pakaian adat jawa.

Saya rasa-rasa. Saya hitung-hitung. Karena saya buru-buru juga. Kok sepertinya resepsi ini lama ya. Sampai ketika ada rintik gerimis, seseorang maju ke depan. Saya kira dia MC resepsi ini. Lalu dia memberikan instruksi kepada para pemuda yang sinoman agar mempercepat laden-nya, segera mengeluarkan hidangan utama (nasi maksudnya).

Kami pun satu-satu menerima nasi itu. Lalu dengan rintik yang masih kecil itu kami segera memakannya. Malah seperti lomba makan cepat. Huwahaa.

Setelah selesai makan kami sepakat langsung pamit saja keburu hujannya tambah deras. Sambi menenteng gelas souvenir itu kami beriringan maju ke depan untuk salaman dengan pengantin. "Selamat ya :)"

Lanjut berlalu ke tempat parkiran. Lalu ke dusun kami. Dan saya langsung werr ke toko lagi. Berpisah lagi deh. Kapan-kapan ketemu lagi ya kawan. Di pernikahanmu atau pernikahanku. Atau kesempatan lain juga bolehlaaaaaaaaaaah :D

Nda...Ndang Validasi!!! (Extended)

Foto: Nanda Satriawan


Akhirnya hari ini teman saya ini, sebut saja namanya Nanda Satriawan, telah melangsungkan seminar validasi skripsinya. Alhamdulillah. Selamat ya bro wes gek ndang penelitian, maju terus, maju terus, sidang, daftar wisuda. Beres.

Beberapa waktu lalu saya pernah menulis tentang teman saya ini di blog lobimesen yang dulu rencananya untuk ngeblog bersama teman-teman kampus psikologi UNS. Tapi kok sulit sekali untuk mewujudkannya.

Sebenarnya niatan saya murni untuk memberikan dorongan agar teman-teman semangat dalam menyelesaikan skripsi. Tapi kalau ada teman-teman yang tersinggung dengan tulisan itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tentu saja permohonan maaf yang terbesar saya haturkan kepada Nanda, karena dengan tanpa ijin mencatut nama dan fotonya. Mungkin terkesak sok ngasih-ngasih dorongan, karena ketika itu posisi saya sudah sidang skripsi, tinggal menunggu wisuda yang jauh jaraknya dari tanggal sidangnya. Dingapurani to ya, kita kan bolo bro.

Nah, di bawah ini saya postingkan ulang karena di blog saya yang ini ternyata belum ada postingannya Monggo disimak, matur nuwun :)

***

Ini tentang salah satu pasukan ‘cah hiphop 09’. Salah satu anggota keluarga besar sexta virtus tercintaaah. Salah satu teman senasib sependeritaan dari kaum minoritas di psikologi Mesen.

Dia yang tingkat ke-Pede-annya tingkat nyebelin bin kemaki. Dia yang kini badannya semakin subur saja. Dia yang mudah dikenali dan diingat walau baru sekali melihat. Dia yang selalu memakai topi di mana pun dan kapan pun adanya. 

Inilah dia yang hobi main game. Inilah dia yang sangat suka kartun anime. Inilah dia yang sangat hobi naik gunung. Inilah dia yang kakinya tidak mau diajak berhenti mider. Inilah dia yang tidak bisa tidak baik (kalau sama perempuan).

Inilah dia yang jam tangannya pernah saya pinjam. Dan hanya hitungan jam sudah saya kembalikan karena tiba-tiba jamnya mati. Pffffttt

Maaf sebelumnya menggunakan subjek mu sebagai korban pada tulisan ini. Relakanlah. Iklaskan. Beruntung kalau teman yang lain juga merasa. Tapi kan mereka nggak mau.

Mumpung teman-teman masih ada. Mumpung teman-teman belum terlalu jauh meninggalkanmu. Sebelum teman-teman lainnya belum terlalu asyik dengan pengejaran masa depannya masing-masing. Ndaaaaa…..!!!! Ndang validasi!!!

Tidak usah peduli dengan temanmu yang pengecut itu. Tidak usah peduli kepada mereka yang masih terlalu dalam tenggelam dalam kegelapan. Tidak usah terlalu peduli kepada mereka yang masih enggan keluar dari bilik sempit dunia kelamnya. Tidak usah terlalu manja menuruti nafsumu mencari uang dulu. Berhentilah untuk itu.

Jangan terlalu percaya dengan ‘uang’ yang kamu dapatkan sekarang dapat memuaskan jiwamu. Percayalah banyak sekali jatah rejeki yang Tuhan sudah siapkan untukmu. Banyak nikmat Nya sudah terlalu lama menanti datangmu Luluslah!

Lulus sajalah, enak lho :))

Kerjakan saja, lalu serahkan ke pembimbing. Kerjakan lagi serahkan lagi. Kerjakan, serahkan lagi. Begitu saja. Sampai diminta maju.

Bertanyalah setiap kamu terhenti di sebuah tanda tanya. Wes pokokmen sak juehmu lehmu takon sopo wae. Sedikit egois dan tegaan tidak masalah.

Nggak usah terlalu banyak mikir. Nggak usah terlalu lama mikir. Nggak usah terlalu merasa-merasa. Perasaanmu mu itu nggak jelas. Nggak pasti! Kamu itu laki-laki, nggak usah sok merasa, hajar saja! Pokoknya hajar terus sampai sarjana.

Demi waktu yang sesungguhnya manusia merugi.
Demi waktu yang terus menyeleksi siapa yang pantas terpilih.
Demi waktu yang terus menjadi penjawab bagi penanya kehidupan.
Dan demi waktu yang masih memberikan kepadamu hari ini kesempatan.
Jangan sia-siakan kesempatan.
Bergegaslah.
Masukklah bersama mereka orang-orang yang beruntung.
Jangan mau benar-benar termasuk golongan yang merugi.
Jangan mau. Bersegeralah.
Ndaaaaaa, ndang validasi.
Ndaaaaaa, ndang lulus!!!!
 
Bukan masalah ku jika kamu tidak mau lulus. Bukan masalah ku jika kamu enggan mengerjakan. Bukan masalah ku jika kamu masih ogah-ogahan. Bukan masalah ku jika kamu masih tidak mau ke kampus hari ini. Aku tidak rugi sama sekali. Tapi masalahnya kamu adalah teman KAMI!

Tarif Baru Bus dan Kereta Komuter Solo-Jogja

Sumber: http://www.railpictures.net/
Tarif Bus Sumber Selamat/Sugeng Rahayu/Mira, Prameks/Sriwedari, dan Parkir Rute Jogja-Solo-Sragen:
  • Bis Sumber Selamat/Sugeng Rahayu: Rp 12.000 Jogja-Solo, Rp 7.000 Solo-Sragen, Rp 17.000 Jogja-Sragen.
  • Bis Mira: Rp 6.000 Sragen-Solo (lebih murah 1000 drpd Po Sumber)
  • Kereta Prameks: Rp 6.000 Solo-Jogja
  • Kereta Sriwedari: Rp 10.000 Jogja-Solo
  • Bis Trans Jogja: Rp 4.000
  • Parkir sepeda motor di stasiun Tugu Jogja: Rp 2.000 biaya masuk, Rp 1.000 satu jam berikutnya.
  • Parkir sepeda motor di Stasiun Solo Balapan: Rp 2.000 sehari, Rp 4.000 inap.
  • Titipan sepeda motor di belakang Terminal Giwangan Jogja: Rp 6.000 (3 hari 2 malam)


11-13/12/2014
Jogja-Solo-Sragen (pp)

Pengalaman Pribadi

Lebih Nyaman setelah Jauh dari Politik

Ilustrasi: googling
Lama tidak membicarakan masalah politik, terutama politik di Indonesia. Sekarang ini saya tidak terlalu peduli siapa yang jadi presidennya. Tidak terlalu peduli juga dengan macam-macam isu politik yang berkembang.

Setelah ditetapkannya dua kandidat calon presiden 2014 kemarin itulah saya benar-benar menstop segala hal yang berbau politik. Dan hasilnya benar-benar menakjubkan. Kini saya merasa sangat nyaman. Lebih tepatnya, menjadi nyaman dengan tidak ada pikiran tentang politik.

Makan jadi lebih enak. Tidur jadi lebih nyenyak. Banyak sekali ruang-ruang kebencian dalam hati karena banyaknya stereotif negatif tergantikan dengan ruang-ruang yang diisi oleh perasaan rileks. Cara berpikir menjadi jernih. Hati pun menjadi tertata. Benar-benar lebih nyaman.

Saya mulai tidak membeli koran. Saya mulai tidak tertarik menonton tivi, terutama tivi berita, jadi jarang sekali menonton, bahkan tidak pernah sama sekali. Paling kalau lagi di rumah, ada waktu longgar, hanya menonton FTV saja, karena acara-acara tivi yang lain pun sudah tidak menarik lagi.

Awalnya saya ragu apakah bisa tidak 'terbawa'. Tetapi setelah sama sekali tidak bersentuhan dengan politik ternyata tidak ada masalah apa-apa yang muncul. Justru sebaliknya, bahagia.

Lama kelamaan saya jadi tidak nyambung dengan pembicaraan mengenai isu politik yang berkembang. Padahal waktu itu sedang panas-panasnya pemilu presiden, saya kok tidak tertarik membicarakannya. Kalau kumpul dengan teman-teman yang sedang membahas politik saya diam saja, pilih membuka hape.

Yang biasanya sering update tentang politik di media sosial jadi tidak pernah lagi. Saya sendiri heran dengan perubahan yang saya alami. Tidak lagi mudah terbawa arus isu yang ada. Isu-isu yang sedang hangat-hangatnya pun saya kurang tertarik ikut mengomentari.

Mungkin saja kenapa saya mulai menjauhi politik karena capres yang ada hanya dua kandidat itu, pak Prabowo dan pak Joko Widodo, bukan pak Dahlan Iskan yang saya anggap sangat pas dan berkompeten menjadi presiden RI selanjutnya. Tetapi saya belajar dari pak Dahlan Iskan yang tidak pernah ngotot ingin menjadi apapun, dan siap menerima takdir apapun. 

“Kalau jadi bismillah kalau tidak jadi ya Alhamdulillah” kalimat yang sering diucapkan pak Dahlan inilah yang membuat saya akhirnya juga legowo. Dan pada akhirnya membuat saya berusaha membebaskan pikiran dari segala hal yang berbau politik.

Tidak ikut-ikutan membahas politik pun bukan berarti tidak nasionalisme. Banyak cara berkontribusi untuk kesejahteraan rakyat. Tidak harus menjadi presiden, tidak harus menjadi menteri, tidak harus menjadi anggota dewan, tidak harus menjadi pejabat dulu, dan tidak harus juga ikut-ikutan jueh menanggapi suatu kebijakan, baik mendukung atau menolak. Kita tetap masih bisa bermanfaat bagi rakyat tanpa melalui itu semua.

Kita bisa belajar dari mas Ricky Elson, sang Putera Petir itu. Dia rela melepas karier 14 tahun yang begitu menjanjikan di Jepang. Puluhan teori tentang motor listrik temuannya pun telah dipatenkan pemerintah Jepang. Perusahaan yang menaunginnya itu telah berkali-kali memintanya kembali ke Jepang. Tetapi rasa cintanya kepada putra-putri negeri membuat dia memilih tetap tinggal, walaupun harus meninggalkan gaji melimpah dan kehidupan yang nyaman.

Kini mas Ricky Elson tetap tinggal di Indonesia mentrasnfer ilmu kepada pemuda-pemuda untuk kebangkitan listrik nasional yang murah. Dia terjun ke pelosok mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin dengan dana yang pas-pasan. Dan wah-nya kincir angin hasil rakitannya itu sekarang menjadi yang terbaik di dunia (untuk ukuran 500 peak). Telah jauh lebih bagus dari Air-40 dengan blade Fiber buatan perusahaan Southwest Amerika itu (3 kali lipat lebih), dengan harga yang 40% lebib murah dibandingan FOB mereka yg $850.

Inilah satu contoh dari seorang pemuda yang sangat antusias untuk mengabdi kepada negeri tanpa harus sama sekali bersentuhan dengan politik. Dan dia mampu membuktikan bahwa dia bisa tetap bermanfaat untuk rakyat. Begitu pun pak Dahlan Iskan yang meminta mas Ricky Elson itu pulang ke Indonesia, walau sudah tidak di pemerintahan lagi tetapi kini masih aktif untuk bisa bermanfaat untuk rakyat. Beliau kini mengembangkan tanaman kaliandra merah. Tanaman ini untuk menghasilkan energi listrik yang kemudian untuk menerangi daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh listik Negara.

Tentu masih banyak sekali tokoh-tokoh yang bisa dijadikan teladan. Tetapi pada intinya adalah tidak harus di dunia politik kita bisa berkontribusi untuk mensejahterakan rakyat. Kita bisa mulai dari apa yang bisa kita lakukan. Dari apa keahlian kita. Tidak usah muluk-muluk yang harus selalu nasional. Mulai dari yang paling kecil saja. Mulai dari orang-orang yang paling dekat saja. Itu saja pasti sudah banyak. Itu saja kita belum tentu mampu mensejahterakan mereka.

Kita ini hanya kurang memperhatikannya saja. Terlalu menggeneralisasi. Padahal ada tetangga kita, orang-orang yang kita lewati di jalanan, bahkan saudara dan kerabat kita sendiri justru kita tidak menyadarinya. Mereka membutuhkan bantuan juga!

Kalau pemerintah ingin menaikkan harga bbm, itu tidak akan menjadi masalah bagi rakyat. Seberapa luas pun dampaknya, percaya saja kita ini sudah terbukti bangsa yang survive.

Kalau para pejabat itu korup itu bukan masalah kita juga. Kita tidak akan tiba-tiba kelaparan karena ada pak X berubah status menjadi tersangka korupsi. Kita juga tidak akan tiba-tiba miskin dengan status pak X tadi yang naik statusnya menjadi terdakwa korupsi.

Kalau para anggota dewan sedang rebut itu bukan masalah kita juga. Mereka itu siapa, kenapa kita repot memikirkan mereka. Tidak perlu lah jauh-jauh memikirkan yang di Jakarta itu. Tidak perlu lah kita latah menghujat orang-orang yang ribut di TV dan media-media itu. Kita di mana, halaman rumah sudah di sapu pagi ini? Tempat tidur sudah dibereskan? Lantai kamar sudah dipel? Kamar mandi masih bau pesing atau sudah wangi? Sadari itu!

Kenapa mudah marah?

Gunung Lawu


Puncak Hargo Dumilah, Gunung Lawu
Lelah, badan sudah mulai gatal-gatal karena debu dan keringat, kaki sudah mulai gemetaran tak mampu berpijak dengan kokoh. Ditambah hari mulai gelap, tidak ada pilihan lain kecuali terus berjalan. Langkah demi langkah menuruni jalan setapak bebatuan yang tajam, licin dan sangat terjal.

Sangat berbeda dari saat mendaki melalui cemoro kandang yang lebih landai, perjalanan turun melalui jalur pendakian cemoro sewu ini sangat curam. Selangkah ke depan, hanya itu yang bisa dilakukan. Iya, hanya selangkah ke depan saja yang aku ingin pikirkan. Bagaimana tidak, jalan saja sebentar-sebentar ingin berhenti. Kaki sudah sangat gemetaran. Terusssss….Terus. Dan akhirnya sampai di basecamp cemoro sewu.

Tepaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrr!!!

Inilah pendakian pertama ku, gunung lawu!

Terletak di wilayah perbatasan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Butuh waktu kira-kira 1,5 jam perjalanan dengan sepeda motor dari Solo untuk sampai di pintu gerbang jalur pendakian Cemoro Kandang.

Pada pendakian ini kami hanya berempat, dua cowok dan dua cewek. Nekatnya kami semua pemula. Aku baru pertama kali dan ketiga temanku yang lain sudah pernah mendaki sekali. Ke lawu juga tetapi melewati jalur cemoro sewu.

Sebenarnya kami berencana berangkat dengan banyak pasukan. Semakin mendekati hari H semakin berkurang pasukannya. Parahnya di H-1 teman-teman yang beneran 'anak gunung' malah tidak bisa ikut mendaki pagi. Tentu dengan sebab dan alasan tertentu. Maka jadilah  berempat itu yang melakukan pendakian pagi. Dan enam lainnya menyusul mendaki malam hari.

Kami mulai mendaki pukul 11 siang dari cemoro kandang. Menempuh 8 jam perjalanan hingga sampai di pos 4. Satu jam untuk sampai ke pos 1, kami istirahat dan sholat dhuhur. Karena minim air dan kami mendengar dari pendaki lain jika semua sumber mata air sedang kering maka kami memutuskan untuk tayamum. Dan yang pasti harus memanajemen persediaan air dengan sebaik-baiknya. Itu penting!

Perjalanan menuju pos 1 ini tergolong mudah. Hanya saja karena kami baru mulai naik jadi harus beradaptasi dengan perbedaan kadar oksigen dan cara mengatur tempo bernafas kami. Selebihnya mudah.

Perjalanan dari pos 1 ke pos 2 cukup menanjak dan lebih jauh. Membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Melewati jalanan yang lebih lunak. Jalur pendakian berupa tanah kering yang berdebu. Sesampai di pos 2 kami istirahat dan memasak mie instan. Kami bertemu dengan beberapa kelompok pendaki yang lebih dulu sampai dan juga sedang istirahat.

Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 inilah yang paling jauh dan melelahkan. Kami melewati 1 pos bayangan. Sering kami di-PHP sampai pos 3 karena saking jauhnya. Kalau ada terdengar suara teriakan dari atas, kami pikir sudah dekat dengan pos 3, ternyata lagi-lagi PHP. Lagi-lagi PHP lagi. Lama-lama kami tidak percaya dengan isu pos 3. Terus saja kami berjalan. Yang penting jalan. Jalur mulai berkelok-kelok dan berupa batuan kerikil dan pasir. Kami juga melewati pinggiran jurang yang cukup indah pemandangan di bawahnya.

Kami seperti benar-benar hanya diputar-putar. Sering sekali mbatin “huh, kapan sampainya”. Sampai salah satu dari kami mengalami salah urat pada kaki kanannya, tetapi mencoba terus dipaksa berjalan. Blussssh tidak terbendung lagi akhirnya keluar air mata karena saking sakitnya menahan nyeri. Duh….sangat tidak tega :/

Sesampainya di pos 3 sudah hampir maghrib. Udara juga sudah mulai dingin. Kami mulai menggunakan penutup kepala, jaket tebal, slayer/syal, dan menyiapkan senter untuk pendakian malam. Kami tidak lama beristirahat di pos 3. Kami ingin segera sampai di pos 4 untuk mendirikan tenda dan bermalam di sana.

Pendakian dalam keadaan gelap membuat kami harus selalu fokus. Apalagi waktu itu aku tidak membawa senter, harus selalu menempel orang yang di depanku. Selangkah demi selangkah. Setapak demi setapak. Benar-benar harus memperhatikan jalan. Apakah ada lubang. Apakah di sampingnya jurang. Apakah bebatuan. Terkadang sampai kami seperti meraba-raba tekstur jalannya.

Cukup jauh juga perjalanan sampai pos 4. Ditambah perjalanan dalam keadaan gelap membuat kami tidak bisa sebentar-sebentar berhenti lagi. Terlalu lama berhenti akan cepat merasakan hawa yang sangat dingin.

Sekitar pukul 19.30 kami sampai di pos 4. Tempatnya landai seperti lapangan sepakbola yang tidak rata. Sudah ada kelompok pendaki yang sampai di sana. Mereka di dalam barak melundungi tubuh dari dinginnya udara khas lawu dan terlihat ada masak-masak. Sekenanya kami duduk dan rebahan di rumput. Tidak mau berlama-lama istirahat, kami segera berdiri dan mencari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda. Kami memilih yang mepet dengan bukit dan di belakang barak. Dengan pertimbangan untuk meminimalisir angin dan kabut yang tentu saja sangat dingin.

Setelah tenda berdiri kami mulai memasak air hangat dan mie instan. Cukup untuk menghangatkan tubuh dari hawa dingin yang mulai menusuk. Setelah itu kami beres-beres dan sholat maghrib-isya’ jamak qashar. Setelah selesai kami langsung masuk tenda walaupun malam belum terlalu larut. Kami butuh istirahat untuk pendakian besok.

Tidak yakin apakah kami benar-benar sempat tidur atau belum. Tidak yakin apakah kami tidak tidur sama sekali. Dan tidak yakin juga apakah yang kami ingat hanyalah kembang tidur saja. Yang terpenting kami menikmati hangatnya di dalam tenda malam itu. Walaupun tidak sedingin saat di Dieng tapi di sini pun kami gelisah, sulit terpejam karena kedinginan.

Dari dalam tenda terdengar di luar mulai banyak pendaki berdatangan dan mendirikan tenda. Tidak mau tahu kami terus saja di dalam tenda sampai pagi.

Sudah pagi tapi masih enggan untuk keluar tenda. Kami mendengar gemuruh angin di luar yang sangat kencang. Kami paksaan untuk shubuhan sekitar pukul 5. Setelah itu langsung masuk tenda lagi. Mager sampai pukul 9 baru keluar tenda lagi.

Bertambah lama lagi kami di pos 4. Setelah mencari tempat untuk buang air kecil kami sempat melihat ke sekeliling. Baru pagi-pagi seperti ini ternyata di pos 4 ini banyak spot pemandangan yang sangat indah. Tidak hanya waktu malam yang langitnya berkelip taburan bintang-bintang dan cahaya lampu dari pemukiman di bawah.. Baru pertama kali melihat awan yang bergerak sangat cepat karena tertiup angin. Membuat kami semakin kagum dengan ukiran alam sang Pencipta. Keindahan lainnya saat melihat bukit-bukit yang masih diselimuti kabut. Di spot lain kami seakan sedang berada di atas awan. Dan di bawah awan itu ada pemukinan penduduk yang terlihat sangat kecil seperti melihat google map saja.

Perjalanan dari pos 4 ke pos selanjutnya hampir semua landai. Menurut saya ini adalah perjalanan yang paling mudah dan menyenangkan. Bisa sambil berlari. Tidak hanya itu kami dipertontonkan dengan pemandangan sabana yang sangat indah. Tidak jarang kami berhenti untuk mengambil foto.

Sepanjang dari pos 4 ke pos 5 puncak hargo dumilah (puncak tertinggi gunung lawu) sudah terlihat. Semakin mendekati pos 5 jalan mulai menanjak. Kami bertemu kelompok kami yang 6 orang itu di pos 5 ini. Tidak menyangka. Kami pikir mereka sudah tiba lebih dulu. Jalan dari pos 5 ke puncak semuanya menanjak terjal. Tidak jauh tetapi semuanya tanjakan.

Akhirnya tiba di puncak. Sudah ada yang duluan sampai di sana. Kami istirahat cukup lama. Sholat dhuhur. Dan mengambil cukup banyak foto. Pukul 14 kami baru turun melewati jalur pendakian cemoro sewu.

Dari kelompok besar ini kami terpecah menjadi kelompok kecil-kecil. Ini sangat membantu. Kami tidak harus selalu saling tunggu menunggu. Kalau ada salah satu yang sakit pun tidak akan membuat semua berhenti, itu jika sakitnya masih bisa ditangani oleh teman kelompok kecilnya. Yang penting setiap kelompok kecil selalu ada yang lebih paham. Saling melengkapi satu sama lain. Dan yang paling penting cukup memiliki persediaan air dan senter untuk perjalanan malam.

Perjalanan turun harus melewati jalanan berbatu. Licin, curam, dan tajam-tajam. Benar-benar berbeda dari jalur cemoro kandang. Ini curammmmm. Jejeg kalau orang jawa bilang. Harus sangat hati-hati. Memang lebih cepat. Tapi kaki harus dituntut kuat untuk menumpu beban dari tas carier yang kami bawa.

Jalur pendakian cemoro sewu ini juga terdapat 5 pos. 1 pos bayangan antara pos 4 dan 3. 2 pos bayangan dari pos 1 ke basecamp. Uniknya di pos-pos pendakian cemoro sewu terdapat warung yang berjualan. Tapi sayang saat kami turun semua warung sudah tutup. Padahal saya pribadi penasaran  dengan sosok Mbok Yem, pemilik warung di pos 5 itu. Dan nikmatnya tempe mendoan anget di pos 2 yang katanya sangat enak.

Pukul 18.30 kami sudah sampai di basecamp cemoro sewu. Alhamdulillah pendakian lancar. Ada satu pelajaran yang saya garis bawahi: “Jalan satu langkah ke depan”.

Beribu maaf kami pulang duluan.

SMA 3 Sragen


Tiga tahun telah berlalu, kita lalui bersama di SMA 3 Sragen dengan berjuta kenangan yang masih terus membekas. Hanya obrolan masa itu yang menjadi topic pembicaraan ketika kita bertemu. Sebagai pelepas rindu akan ingatan teredahulu. Sekarang kita telah berpisah dengan tekad masing-masing. Mencari jati diri dan menggapai impian.

SMA 3 Sragen, sebuah SMA di kota kecil bernama Sragen. Telah menjadi pilihan kita untuk menuntut ilmu dan berbagi kasih bersama-sama selama 3 tahun. Entah itu pilihan kedua atau ketiga kita bersekolah di sana, tetapi yang lebih penting adalah kita telah melaluinya dan melukis kenangan bersama-sama. Tak akan pernah terlupa selama-lamanya.

SMA 3 Sragen atau yang lebih sering disingkat dengan Smanga, belokasi di Jl. Dr. Soetomo no. 3, depan techno park sragen, besebelahan dengan Dinas Pendidikan Kabupaten di sisi kirinya dan SMK 2 Sragen di sebelah kanannya. Lokasi Smanga merupakan lokasi yang strategis karena akses menuju ke sana sangat mudah. Kita dapat naik bis atau angkot yang melewati jalan Raya Soekowati dan berhenti di Halte Beloran, atau cukup bilang turun di Taman Batas Kota, memang di sana terdapat taman kota yang asri dan hijau. Dilanjutkan dengan jalan kaki ke utara yang tidak begitu jauh.

SMA 3 Sragen merupakan kawasan dengan area yang luas. Dan merupakan sekolah dengan bangunan paling luas di antara sekolah-sekolah lain di kabupaten Sragen. Oleh karena itu, Smanga sering digunakan untuk pertemuan-pertemuan antar sekolah dan juga pertemuan formal lainnya. SMA 3 juga dipakai untuk Universitas Terbuka (UT) di sore hari ketika jam sekolah telah usai.

Sarana pendukung

Sarana-sarana yang mendukung pembelajaran siswa-siswi dan juga para Guru dan Karyawan sudah cukup memadai. Di antaranya terdapat :

Gb. ruang kepala sekolah

Ruang Kepala Sekolah yang terletak di bagian paling depan gedung SMA 3 dan letaknya yang di tengah-tengah memudahkan kita untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kepala sekolah serta memudahkan pula bagi orangtua wali atau masyarakat umum yang ingin mencari Bapak Kepala Sekolah kita yang tercinta.

Gb. Ruang kelas

Posisi ruang kelas yang telah diatur sedemikian rupa menjadikan proses pembelajaran anak didik semakin efisien. Jarak yang dibuat antar pintu kelas yang satu dengan yang lain membuat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) tidak terlalu terganggu oleh kebisingan-kebisingan kelas tetangga jika sedang ada jam kosong.

Gb. Lapangan upacara
Lapangan upacara yang luas dan tertata serta terwat dengan baik membuat para siswa nyaman ketika melaksanakan upacara bendera setiap hari senin.

Gb. Lapangan Basket+Tennis
Adanya lapangan basket serta lapangan tenis cukup mendukung kegiatan olahraga para murid dan guru. Tidak hanya lapangan basket dan tenis saja yang ada di Smanga, tetapi di sisi sebelah timur masih ada lapangan Volley dan Sebelah selatannya juga terdapat lapangan sepak bola.

Gb. Masjid Al-kautsar SMA 3
Guna memenuhi kewajiban kaum muslim keluarga Smanga terdapat pula Masjid yang lumayan besar. Di sebelah dalam masjid juga terdapat 2 kamar yang boleh digunakan oleh siswa yang tidak kos. 

Gb. Aula
Ruang aula Sma 3 sragen merupakan ruangan yang paling besar di antara bangunan yang lain. Ruangan ini adalah ruang serba guna, biasanya untuk pertemuan-pertemuan dan untuk ekskul latihan Drama. Juga bisa digunakan untuk bermain badminton di dalamnya.


Gb. Kantin
ini tempat bolos dan tempat nongkrong

Gb. Kamar Mandi

Mungkin gambar-gambar di atas sudah cukup mewakili gambaran bangunan yang ada di SMA 3 di samping sarana yang lain seperti sepeda motor siswa, parkir guru, laboratorium komputer, lab. Kimia, Fisika dan Biologi. Ada juga koperasi siswa, ruang OSIS dan UKS.

Kejadian-kejadian

SMA 3 Angker??

Sebagian besar bangunan-bangunan di SMA 3 adalah bangunan tua,. Dahulu SMA 3 merupakan SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Karena sekarang kebijakan pemerintah telah berubah yang mengharuskan seorang guru harus minimal lulusan S1, maka SPG Sragen sekarang bermetamorfose menjadi SMA Negeri 3 Sragen. Menjadikan SMA 3 sebagai salah satu SMA Negeri Kota.

Bangunan-bangunan itu sebagian ada yang dianggap anker seperti toilet yang berada di barat koperasi. Toilet terdapat sumur yang sudah tidak digunakan lagi, yang konon sumur tersebut dulu pernah kejadian ada siswi yang gantung diri. Entah apa sebabnya. Dan sekarang jika ada kegiatan malam di sekolah, misalnya Persami. Maka kamar mandi itu selalu ditutup agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Ada cerita juga dari guruku bahwa dahulu ada lukisan penari bali yang katanya sekarang di simpan di gudang pojok selatan sekolah ini. Konon penari dalam lukisan itu bisa menggerakkan matanya.

Hal yang nyata aku lihat selama aku sekolah di SMA 3 adalah sering terjadi kesurupan pada siswi-siswi. Ada seorang siswi yang mungkin menjadi langganan di SMA ini. Tidak begitu tahu kenapa bisa terjadi demikian.

Tingkah polah Kita??

Selalu ada saja tingkah polah anak SMA. Begitu juga dengan anak-anak SMA 3. Kita tentu masih ingat dengan suatu kelas yang kepergok main judi (maen Remi) pada saat jam kelas mereka kosong, sedangkan kelas sebelah nya sedang ada gurunya. Karena kebisingan kelas tersebut guru dari kelas sebelah merasa teganggu. Kemudian beliau keluar dan bermaksud untuk mengingatkan kelas yang terdengar rebut itu. namun apa yang dia lihat ternyata di belakang kelas ada sekelompok siswa sedang asyik-asyiknya bermain kartu. Kejadian ini tentu masih teringat dengan baik. Bahkan bagi anak-anak itu karena mereka langsung di bawa ke Ruang BP.

Mungkin itu salah satu kejadian yang terus teringat dibenak kita. Tapi banyak rahasia umum tentang pelanggaran-pelanggaran seperti itu yang tidak diketahui oleh guru-guru kita. Ada yang merokok, berjudi, membawa HP, dan bahkan mabuk-mabukan. Ada-ada juga tempat yang mereka gunakan sehingga tidak ketahuan.
SMA 3 tidak Aman??

Banyak peraturan-peraturan baru ketika kita dulu masih sekolah di sana. Peraturan tidak boleh membawa HP ke sekolah mungkin menjadi peraturan yang sangat mengesalkan. Asal mula kenapa siswa-siswi tidak boleh membawa HP ke sekolah adalah menganggu saat sedang KBM ( Kegiatan Belajar Mengajar). Ada murid yang tidak focus dengan pelajaran yang sedang berlangsung karena sedang sibuk dengan Handphone-nya. Entah sedang SMS-an, Chatinga-an, main Game, dengerin MP3, atau yang lain.

Kebijakan kepala Sekolah ini tidak menyurutkan para siswa untuk berhenti membawa HP ke sekolah. Malahan hal ini membuat sikap para murid semakin kreatif. Pada hari senin misalnya, siswa-siswi sering menitipkan HP milik mereka ke kantin, ada juga yang menyembunyikannya di tempat yang tidak terduga. Karena hari senin saat upacara bendera sering dilakukan razia di kelas-kelas oleh para guru untuk mengetahui siapa saja yang membawa HP.

Ada juga murid yang takut membawa HP ke kelas. Mereka meletakkannya ke Jok sepeda motor yang mereka rasa aman. Namun tak pernah disangka mungkin ada siswa yang nakal mencoba untuk mencuri HP yang diletakkan di Jok motor anak-anak. Sudah banyak anak yang kehilangan tetapi pelakunya belum juga diketahui. Sekolah juga tidak bisa membantu karena ini merupakan tanggung jawab siswa sendiri.
Aku sendiri merasa kecewa dengan sekolah karena apa pun alasannya itu merupakan bentuk tindakan criminal. Dan pelakunya mungkin adalah anak-anak didik dari sekolah kita ini. seharusnya sekolah malu ada siswa-siswinya yang menjadi seorang criminal. bukan berarti sekolah melepas tanggung jawab begitu saja. Dengan alasan sekolah sudah melarang membawa HP ke sekolah.

Prestasi

SMA 3 terkenal dengan prestasinya dalam hal Olahraga. Banyak kejuaraan-kejuaraan yang diraih oleh teman-teman kita sehingga menambah harum nama SMA 3 kita ini. seperti sepak bola, volley, basket, senam, lari, dll.

Dalam hal lain dibidang akademisnya, tingkat prestasi Smanga masih jauh ketimbang SMA-SMA kota lainnya. Hal ini seharusnya juga menjadi perhatian bagi sekolah. Dengan meningkatnya prestasi akademis akan membuat sekolah kita akan semakin berkompeten.

Smanga sudah menjadi pilihan kita. Tidak ada penyesalan kita bersekolah di sana. Kini kita hanya bisa mengingatnya dengan kenangan-kenangan yang masih terus tertanam dalam benak kita. Dan pada akhirnya semoga tulisan saya ini cukup mewakili penggambaran dari SMA 3. Serta sudah memuaskan diri saya pribadi dan teman-teman semua. thanks


to be continue . . .

diposting di catatan facebook 22 Januari 2010

Hikmah Sakit

ilustrasi: googling
Jumat. 23 November 2012. Pukul 3 pm WIB. Saya sudah sampai di rumah. Saat perjalanan baru sampai Jaten. Dan lagi-lagi di Jaten. Ketika saya pulang hujan turun. Saya memakai mantel. Sedikit basah di kaki dan tangan. Ketika memasuki wilayah Sragen hujan mulai reda. Mantel masih saya pakai sampai rumah. Untuk mengurangi terpaan angin. Dan dingin.

Jumat malam. Belum genap pukul 8 pm WIB. Mata mulai mengantuk. Saya putuskan untuk istirahat sebentar di kamar. Sambil membaca slide periklanan. Bahan ujian susulan psikologi periklanan. Baru tiga slide. Tapi tubuh tak mampu menahan. Saya tertidur.

Tengah malam. Saya terbangun. Badan semua pegal. Tanda-tanda saya sakit. Lama. Saya membuka mata. Saya menuju ke kamar mandi. Kemudian kembali ke kamar. Entah apa yang saya rasakan ini. Saya sakit? Kenapa sakit? Apa ketika tadi kehujanan saya tadi kedinginan. Lalu masuk angin? Apa kehujanan selama satu minggu. Kemudian dikumulatif. Dijumlahkan. Akhirnya jadi sakit? Apa karena kemarin. Hari kamis saya makan bakso dan sorenya maag saya kumat? Tapi apa hubungannya dengan sakit saya sekarang? Malam itu maag saya langsung sembuh. Saya bingung. Tak merasa melakukan kesalahan yang menyebabkan saya sakit.

Saya terus menelusur apa saja yang telah saya lakukan. Saya tidak menemukan apa yang mungkin menyebabkan saya sakit. Oke. Saya menenangkan diri. Terimakasih ya Allah. Saya terima. Kemudian ber-istighfar sebanyak-banyaknya. “Maafkan Tuhan entah apa salah hamba. Perkataan hamba yang sering menyakitkan. Usil saya yang berlebihan. Suka ngutang. Pelit. Suka ngomongin orang dan bla bla bla...”. Saya terus ber-istighfar sampai tidak sadar sudah tidur lagi.

“Ini demam. Masuk angin.”saya pikir. Sebelumnya saya tidak menyangka maag. Karena hari itu saya tidak telat makan. Saya makan. Bahkan sampai di rumah saya langsung makan. Sebelum tidur pun, perut saya baik-baik saja.

Benar ini adalah demam. Saya hafal dengan sakitnya. Rasa sakit saya berbeda dari kebanyakan orang. Saya sulit menjelaskannya. Entah. Saya juga tidak tahu namanya. Setiap saya demam. Badan saya semua menjadi pegal. Setiap sudut tubuh dan lekuk badan. Sakit. Ngiluuu. 

Rasanya enak sekali membayangkan dipijit bagian-bagian tubuh saya yang pegal. Tapi pegal saya ini berbeda. Setiap dipijat rasanya berkurang tetapi ketika pijatan dihentikan rasa sakit itu kembali lagi. Saya menyerah setiap sakit saya ini datang. Tidak kuat. Tidak tahan.

Masalah sakit saya tidak pernah main-main. Saya tidak mau pergi ke dokter yang asal-asalan. Bukan karena sombong. Bukan juga kebyakan uang. Tetapi prinsip saya. Saya tidak tahan dengan pegal. Saya harus segera sembuh. Tidak ada waktu berspekulasi dengan dokter. Yang pasti-pasti saja. Saya suka langsung ke rumah sakit. Memang biaya sedikit lebih mahal. Tapi saya langsung merasakan efeknya. Kurang dari dua jam. Saya jamin. Hahaha

Sebaliknya saya suka main-main soal minum obat. Tidak ada namanya disiplinnya sama sekali. Saya tidak pernah menghabiskan obat dari dokter. Paling lama sehari semalam itu sudah rekor pribadi. “Apa enaknya obat? Kalau tujuannya sembuh sudah tercapai kenapa diminum terus? Itu kan racun!”, bela saya.

Masih satu pertanyaan saya yang belum terjawab. Kenapa saya sakit? Apakah Tuhan sedang sayang? Mungkinkah Tuhan sedang melindungi saya dari bencana lain? Apakah dosa saya sedang dikurangi? Saking banyaknya dosa. Saya harus dihadiahi rasa sakit biar berkurang. Keep Husnudzon !!!. Tuhan sayang sama saya.

Tensi saya 100/70. Masih rendah seperti biasa ketika saya periksa ke dokter. Saya maag, mual, badan dan kepala tidak enak. Lidah saya kotor. Penjelasan dokter mencerahkan. Saya maag, masuk angin dan demam. Terakhir. “Jangan makan pedas, asam dan bakso dulu!” kecam dokter Wisnu.

Saya berharap cepat pulih. Hari senin. 26 November 2012. Kepala saya masih pusing. Migran sebelah kanan. Lidah saya masih pahit. Perut saya masih kembung. Masih enggan makan enak. Yang tidak enak apalagi. Tapi itu semua bukan halangan. Saya memutuskan stop minum obat. Walaupun kemarin dokter memberi wejangan untuk menghabiskan obatnya.

Saya frustasi. Sakit kok tidak sembuh-sembuh. Sudah minum obat. Lama. Banyak. Nggak enak. HuhuhuSaya mengotak-atik pikiran. Sakit ini hanya persepsi. Saya paksa untuk buka coreldraw. Saya bikin desain. Saya mulai menulis catatan ini. Mungkin hasilnya tidak bagus. Tapi cukup menyembuhkan. Dan obat paling ajaib. Sedekah. Saya harus bersedekah. Besok. Insha Allah

Setelah saya pulih nanti. Saya berjanji (red:Insha Allah) akan Keep Fighting lagi. Mengejar nikmat waktu yang tertunda. Dengan nikmat sakit yang diberikan. Keep Husnudzon! Saya ralat. Mengejar nikmat sakit yang dianugerahkan. Menunggu nikmat sehat. Saya istirahat dulu. Pikiran dan badan. Alhamdulillah.

Bahkan saya akan lebih melimitkan waktu. Itu passion saya sekarang. Merambah hobi baru. Menulis, berenang dan belajar bahasa asing (red: bahasa inggris). Juga marketing. Doakan.Aamiin-kan sekalian. Aamiin

diposting di catatan facebook 26 November 2012

Pembenaran atau Kebenaran?

sumber: google.com
Apa yang sedang terjadi di sekitarmu sebenarnya hanyalah fatamorgana belaka. Bahkan kamu sendiri adalah bagian fatamorgana itu.

Jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan dari apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu cecap di lidah, apa yang kamu cium, apa yang kamu sentuh dan apa yang kamu rasakan di dalam hati. Jangan terlalu yakin.

Lihat lah lagi apa itu kesimpulan. Apakah kesimpulan itu adalah yang telah final. Jangan-jangan kesimpulan justru membatasi dirimu untuk terus belajar, untuk terus membaca, untuk terus mengkaji. Jangan-jangan kesimpulan yang telah ada itu hanya akan kamu gunakan sebagai pembenaran atas yang kamu inginkan saja. Lalu pada suatu waktu kamu terkejut melihat kebenaran lain di luar kesimpulan yang kamu anggap sudah benar itu. Dan kamu marah!

Tidak perlu reaktif terhadap keadaan yang tidak sesuai dengan kebenaran menurut versi kamu. Bukankah seseorang itu semakin luas ilmunya semakin dia memiliki keluasan hati (kesabaran) pula. Tahanlah. Bernafaslah. Diamlah sejenak. Bukankah novel MOMO mengajarkan bahwa diam dapat menyelesaikan banyak masalah?

Jika kamu melihat ketidakbenaran. Berikan nasehat sesuai dengan kapasitasmu, tentang kesabaran dan kebenaran yang sudah mutlak. Dan bersabarlah. Jangan pernah menjadi hakim atas kehidupan orang lain sebelum kamu selesai menghakimi dirimu sendiri.

Bagaimana dengan 'bismillahirrahmanirrahim'-mu selama ini?
Bukankah itu berat, dengan membawa serta nama-Nya?
Seberapa mampukah wajahmu menampilkan sifat mulia al-rahmaan dan al-rahiim Nya?
Tidakkah kamu malu jika masih ada amarah dalam hatimu? Atau rasa benci atas ketidaksetujuan-ketidaksetujuan yang kamu rasakan dalam hati.
Bukankah berlaku lemah lembut dan tidak mudah marah lebih mempresentasikan sifat rahmaan dan rahiim Nya?

Dan apakah kamu merasa jiwamu telah suci sehingga kamu berhenti beristighfar?
Bukan kah ragamu terus berbuat kotor sehingga kamu wajib berwudlu setiap sebelum mendirikan shalat?

Marilah kita duduk-duduk bersila bersama. Menikmati secangkir kopi dalam gelapnya malam. Menghangatkan suasana dengan canda tawa. Mengingat kembali pesan kanjeng sunan kalijaga “aja rumangsa bisa, ananging bisa rumangsa”.

Cahaya Hati

gambar: googling

Kepada Dia sang pemilik cahaya dan Dialah yang meliputi cahaya itu sendiri.
Kepada Dia sang pemilik cinta dan Dialah yang meliputi cinta itu sendiri.
Hasbunallah wani'mal wakil. Sepenggal firman Nya yang kini menjadi salah satu favoritku. Cukuplah Allah tempat kami berserah diri.
Hidup begitu ringan jika apapun kita pasrahkan kepada Nya. Tidak ada lagi khawatir, cemas, takut, sedih, dan tangis.
Maiyatullah, selalu berusaha membersamainya dalam keadaan apapun. Menata hati. Menjernihkan pikiran.
Atas apa yang tidak mampu aku lihat aku memohon petunjuk.
Atas apa yang terlihat gelap aku memohon cahaya.
Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dari Nya kita berasal dan kepada Nya kita kembali. Karenanya aku kembalikan segala urusan.
Kini aku sangat berhati-hati. Setiap langkahku yang aku kerjakan agar atas ridla Nya saja, begitupun yang aku ucapkan dan yang aku rasakan.
Bahagia atau waspada atas rasa di hati yang kini menghampiri. Berkah atau ujian lagi yang sedang Dia peruntukkan kepadaku.
Husnudzon. Dia sedang memperjalankan ku menuju hati manusia yang akan mengajarkanku dan mengajakku bersama menuju kepada Nya sang Maha segalanya.
Sebentar pun aku harap mampu mensyukurinya.
Karena semua berawal dari ketiadaan dan akhirnya adalah ketiadaan.
Dan hanya cinta Mu lah satu-satunya kepastian.
Aku nderek apapun kehendak Mu, Gusti.
"Segala puji bagi Mu ya Allah. Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih dan maha penyayang...tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan yang hanya Engkau ridla-i. Aamiin"

ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

 

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
            Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan:
Y’                    =   Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2      =   Variabel independen
a                      =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
b                            =    Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Contoh kasus:
Kita mengambil contoh kasus pada uji normalitas, yaitu sebagai berikut: Seorang mahasiswa bernama Bambang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan di BEJ. Bambang dalam penelitiannya ingin mengetahui hubungan antara rasio keuangan PER dan ROI terhadap harga saham. Dengan ini Bambang menganalisis dengan bantuan program SPSS dengan alat analisis regresi linear berganda. Dari uraian di atas maka didapat variabel dependen (Y) adalah harga saham, sedangkan variabel independen (X1 dan X2) adalah PER dan ROI.
Data-data yang di dapat berupa data rasio dan ditabulasikan sebagai berikut:             
                
                     Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)

Tahun
Harga Saham (Rp)
PER (%)
ROI (%)
1990
8300
4.90
6.47
1991
7500
3.28
3.14
1992
8950
5.05
5.00
1993
8250
4.00
4.75
1994
9000
5.97
6.23
1995
8750
4.24
6.03
1996
10000
8.00
8.75
1997
8200
7.45
7.72
1998
8300
7.47
8.00
1999
10900
12.68
10.40
2000
12800
14.45
12.42
2001
9450
10.50
8.62
2002
13000
17.24
12.07
2003
8000
15.56
5.83
2004
6500
10.85
5.20
2005
9000
16.56
8.53
2006
7600
13.24
7.37
2007
10200
16.98
9.38

Langkah-langkah pada program SPSS
ร˜  Masuk program SPSS
ร˜  Klik variable view pada SPSS data editor
ร˜  Pada kolom Name ketik y, kolom Name pada baris kedua ketik x1, kemudian untuk baris kedua ketik x2.
ร˜  Pada kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Harga Saham, untuk kolom pada baris kedua ketik PER, kemudian pada baris ketiga ketik ROI.
ร˜  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
ร˜  Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel y, x1, dan x2.
ร˜  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
ร˜  Klik Analyze  - Regression - Linear
ร˜  Klik variabel Harga Saham dan masukkan ke kotak Dependent, kemudian klik variabel PER dan ROI kemudian masukkan ke kotak Independent.
ร˜  Klik Statistics, klik Casewise diagnostics, klik All cases. Klik Continue
ร˜  Klik OK, maka hasil output yang didapat pada kolom Coefficients dan Casewise diagnostics adalah sebagai berikut:

           Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda


Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2
Y’ =  4662,491 + (-74,482)X1 + 692,107X2
Y’ =  4662,491 - 74,482X1 + 692,107X2

Keterangan:
Y’        = Harga saham yang diprediksi (Rp)
a          = konstanta
b1,b2    = koefisien regresi
X1        = PER (%)
X2        = ROI (%)

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar 4662,491; artinya jika PER (X1) dan ROI (X2) nilainya adalah 0, maka harga saham (Y’) nilainya adalah Rp.4662,491.
-  Koefisien regresi variabel PER (X1) sebesar -74,482; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan PER mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami penurunan sebesar Rp.74,482. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara PER dengan harga saham, semakin naik PER maka semakin turun harga saham. 
-  Koefisien regresi variabel ROI (X2) sebesar 692,107; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan ROI mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp.692,107. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROI dengan harga saham, semakin naik ROI maka semakin meningkat harga saham.

Nilai harga saham yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual) adalah selisih antara harga saham dengan Predicted Value, dan Std. Residual (standardized residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).

A. Analisis Korelasi Ganda (R)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00    -   0,199    = sangat rendah
0,20    -   0,399    = rendah
0,40    -   0,599    = sedang
0,60    -   0,799    = kuat
0,80    -   1,000    = sangat kuat

Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:


                         Tabel. Hasil analisis korelasi ganda


Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 0,879. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara PER dan ROI terhadap harga saham.
B. Analisis Determinasi (R2)
Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.
Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:

                      Tabel. Hasil analisis determinasi

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,772 atau (77,2%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (PER dan ROI) terhadap variabel dependen (harga saham) sebesar 77,2%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (PER dan ROI) mampu menjelaskan sebesar 77,2% variasi variabel dependen (harga saham). Sedangkan sisanya sebesar 22,8% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi.
Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 870,80 atau Rp.870,80 (satuan harga saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi harga saham sebesar Rp.870,80. Sebagai pedoman jika Standard error of the estimate kurang dari standar deviasi Y, maka model regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y.


C. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan), misalnya dari kasus di atas populasinya adalah 50 perusahaan dan sampel yang diambil dari kasus di atas 18 perusahaan, jadi apakah pengaruh yang terjadi atau kesimpulan yang didapat berlaku untuk populasi yang berjumlah 50 perusahaan.
Dari hasil output analisis regresi dapat diketahui nilai F seperti pada tabel 2 berikut ini.

                                                     Tabel.  Hasil Uji F


Tahap-tahap untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut:
1.   Merumuskan Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara PER dan ROI secara bersama-sama terhadap harga saham.
Ha : Ada pengaruh secara signifikan antara PER dan ROI secara bersama-sama terhadap harga saham.
2.   Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
      3.   Menentukan F hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh F hitung sebesar 25,465
4.      Menentukan F tabel
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1 (jumlah variabel–1)  = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,683 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =finv(0.05,2,15) lalu enter.
5.      Kriteria pengujian
- Ho diterima bila F hitung < F tabel
- Ho ditolak bila F hitung > F tabel
6.  Membandingkan F hitung dengan F tabel.
            Nilai F hitung > F tabel (25,465 > 3,683), maka Ho ditolak.
7.  Kesimpulan
            Karena F hitung > F tabel (25,465 > 3,683), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara  price earning ratio (PER) dan return on investmen (ROI) secara bersama-sama terhadap terhadap harga saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa PER dan ROI secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan di BEJ.

D. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2,…..Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Dari hasil analisis regresi output dapat disajikan sebagai berikut:

                                       Tabel. Uji t


Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Pengujian koefisien regresi variabel PER
1.   Menentukan Hipotesis
Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham.
Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham
2.   Menentukan tingkat signifikansi
            Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%
      3.   Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar -1,259
4.   Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau  18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi           = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,131 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =tinv(0.05,15) lalu enter.
5.   Kriteria Pengujian
Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel
            Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
6.   Membandingkan thitung dengan t tabel
Nilai -t hitung > -t tabel (-1,259 > -2,131) maka Ho diterima
 7.  Kesimpulan
Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel (-1,259 > -2,131) maka Ho diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PER dengan harga saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial PER tidak berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan di BEJ.

Pengujian koefisien regresi variabel ROI
1.   Menentukan Hipotesis
            Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga saham
Ha :    Secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga saham
2.   Menentukan tingkat signifikansi
            Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%.
      3.   Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar 5,964
      4.   Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau  18-2-1  = 15 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi           = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,131.
5.   Kriteria Pengujian
Ho diterima jika -t tabel £ t hitung £ t tabel
            Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
6.   Membandingkan thitung dengan t tabel
Nilai t hitung > t tabel (5,964 > 2,131) maka Ho ditolak
 7.  Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (5,964 > 2,131) maka Ho ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara ROI dengan harga saham. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial ROI berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan di BEJ.

sumber: http://duwiconsultant.blogspot.com/

Up